Selasa, 14 April 2020

Melihat Potensi Budaya Indonesia dan Pemanfaatannya

Banyak negara di dunia mengakui bahwa Indonesia adalah negara yang memiliki budaya yang kaya dan sangat beragam. Kekayaan dan keanekaragaman budaya tersebut terbentuk melalui proses panjang melalui interaksi antarsuku di Indonesia. Bahkan tidak hanya berhenti pada interaksi antarsuku, adanya persinggungan dengan budaya dari negara lain juga ikut memperkaya keragaman budaya Indonesia. 

Kita lihat ketika Portugis datang ke Indonesia, persinggungan dengan budaya Eropa telah menambah kekayaan budaya bangsa Indonesia, sama halnya ketika Belanda dan Jepang datang ke Indonesia. Para pedagang dari China dan India juga ikut memberi andil dalam menambah kekayaan budaya, kedatangan mereka juga membawa ajaran agama yang kemudian tersebar luas di Indonesia. Akibatnya, Indonesia memiliki keragaman budaya yang sangat tinggi.

Pada sensus penduduk tahun 2010, jumlah suku bangsa yang ada di Indonesia mencapai 1.128. Keragaman budayanya dapat dilihat dalam beragam bentuk seperti bahasa, rumah adat, tarian dan pakaian.

1. Bahasa
Bahasa yang digunakan di Indonesia terdiri atas bahasa nasional yang diambil dari bahasa Melayu. Selain bahasa nasional, terdapat bahasa daerah yang jumlahnya mencapai 746 bahasa daerah. Bahasa daerah adalah suatu bahasa yang dituturkan di suatu wilayah tertentu. Percakapan antarsesama suku biasanya menggunakan bahasa daerah. Beberapa bahasa daerah yang digunakan seperti Bahasa Sunda, Jawa, Aceh, Gayo, Alas, Minangkabau, Betawi, dan Dayak.

a. Bahasa Sunda
Bahasa Sunda adalah sebuah bahasa dari cabang Melayu-Polinesia dalam rumpun bahasa Austronesia. Bahasa ini dituturkan oleh setidaknya 42 juta orang dan merupakan bahasa Ibu dengan penutur terbanyak kedua di Indonesia setelah Bahasa Jawa. Bahasa Sunda dituturkan di hampir seluruh provinsi Jawa Barat dan Banten, serta wilayah barat Jawa Tengah mulai dari Kali Brebes (Sungai Cipamali) di wilayah Kabupaten Brebes dan Kali Serayu (Sungai Ciserayu) di Kabupaten Cilacap, di sebagian kawasan Jakarta, serta di seluruh provinsi di Indonesia dan luar negeri yang menjadi daerah urbanisasi Suku Sunda. Dari segi linguistik, bersama bahasa Baduy, bahasa Sunda membentuk suatu rumpun bahasa Sunda yang dimasukkan ke dalam rumpun bahasa Melayu-Sumbawa.

Bahasa Sunda terutama dipertuturkan di sebelah barat pulau Jawa, di daerah yang dijuluki Tatar Sunda (Pasundan). Namun, bahasa Sunda juga dipertuturkan di bagian barat Jawa Tengah, khususnya di Kabupaten Brebes dan Cilacap, dikarenakan wilayah ini dahulunya berada dibawah kekuasaan Kerajaan Galuh. Banyak nama-nama tempat di Cilacap yang masih merupakan nama Sunda dan bukan nama Jawa seperti Kecamatan Dayeuhluhur, Cimanggu, dan sebagainya.

Selain itu menurut beberapa pakar bahasa Sunda sampai sekitar abad ke-6 wilayah penuturannya sampai di sekitar Dataran Tinggi Dieng di Jawa Tengah, berdasarkan nama "Dieng" yang dianggap sebagai nama Sunda (asal kata dihyang yang merupakan kata bahasa Sunda Kuna). Seiring transmigrasi dan imigrasi yang dilakukan etnis Sunda, penutur bahasa ini telah menyebar sampai ke luar pulau Jawa. Misalkan di Lampung, Sumatera Selatan, Jambi, Riau, Kalimantan Barat dan Sulawesi Tenggara dimana penduduk etnis Sunda dengan jumlah signifikan menetap di daerah luar Pasundan tersebut. (wikipedia).

b. Bahasa Jawa
Bahasa Jawa adalah bahasa yang digunakan penduduk bersuku bangsa Jawa di Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Jawa Timur. Selain itu, bahasa Jawa juga digunakan oleh penduduk yang tinggal di beberapa daerah lain seperti Banten (terutama Serang, Cilegon, dan Tangerang) serta Jawa Barat (terutama kawasan pantai utara yang meliputi Karawang, Subang, Indramayu, dan Cirebon). 

Migrasi suku Jawa membuat bahasa Jawa bisa ditemukan di berbagai daerah, bahkan di luar negeri. Banyaknya orang Jawa yang merantau ke Malaysia turut membawa bahasa dan kebudayaan Jawa ke Malaysia, sehingga terdapat kawasan pemukiman mereka yang dikenal dengan nama kampung Jawa, padang Jawa. Di samping itu, masyarakat pengguna Bahasa Jawa juga tersebar di berbagai wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kawasan-kawasan luar Jawa yang didominasi etnis Jawa atau dalam persentase yang cukup signifikan adalah Lampung (61,9%), Sumatera Utara (32,6%), Jambi (27,6%), Sumatera Selatan (27%), Aceh(15,87%) yang dikenal sebagai Aneuk Jawoe. Khusus masyarakat Jawa di Sumatera Utara, mereka merupakan keturunan para kuli kontrak yang dipekerjakan di berbagai wilayah perkebunan tembakau, khususnya di wilayah Deli sehingga kerap disebut sebagai Jawa Deli atau Pujakesuma (Putra Jawa Kelahiran Sumatera), dengan dialek dan beberapa kosa kata Jawa Deli. Sedangkan masyarakat Jawa di daerah lain disebarkan melalui program transmigrasi yang diselenggarakan semenjak zaman penjajahan Belanda.

Selain di kawasan Nusantara, masyarakat Jawa juga ditemukan dalam jumlah besar di Suriname, yang mencapai 15% dari penduduk secara keseluruhan, kemudian di Kaledonia Baru bahkan sampai kawasan Aruba dan Curacao serta Belanda. Sebagian kecil bahkan menyebar ke wilayah Guyana Perancis dan Venezuela. Pengiriman tenaga kerja ke Korea, Hong Kong, serta beberapa negara Timur Tengah juga memperluas wilayah sebar pengguna bahasa ini meskipun belum bisa dipastikan kelestariannya.

Tingkat tutur dalam bahasa Jawa dibagi menjadi tiga yaitu tingkat tutur ngoko, tingkat tutur madya dan tingkat tutur karma. Atau secara umum dibagi menjadi dua saja yaitu tingkat tutur ngoko dan tingkat tutur karma. Jawa bagian tengah yang mempunyai bahasa jawa kasar dan halus juga, bahasa jawa halus kebanyakan berada di kota kota disekitar ibu kota jawa tengah ini contohnya di solo dan di ibu kotanya sendiri yaitu di semarang , di DI Yogyakarta juga memakai bahasa yang halus, sedangkan untuk yang bahasa jawa kasar berada di kota daerah perbatasan antara jawa barat dan jawa tengah biasanya di kota daerah sekitar pantai utara dan pantai selatan. Untuk wilayah jawa timur bahasa jawanya kebanyakan sama dengan bahasa yang ada di jawa tengah ,tapi di daerah barat jawa timur cara bicara didaerah ini agak lantang atau tegas, bahasa ini terletak berdekatan dengan daerah Madura .Dan ada lagi daerah Bali yang bahasanya terdengar seperti bahasa jawa tetapi jauh sekali berbeda juga bahasa Nusa tenggara yang terdengar seperti bahasa bali.

c. Bahasa Aceh
Bahasa Aceh adalah sebuah bahasa yang dituturkan oleh suku Aceh yang terdapat di wilayah pesisir, sebagian pedalaman dan sebagian kepulauan di Aceh. Bahasa Aceh termasuk dalam rumpun bahasa Chamic, cabang dari rumpun bahasa Melayu-Polinesia, cabang dari rumpun bahasa Austronesia.

Sebelum penjajahan Belanda (1873 - 1942), hampir semua literatur berbahasa Aceh berbentuk puisi yang dikenal dengan hikayat. Sedikit sekali yang berbentuk prosa dan salah satunya adalah Kitab Bakeu Meunan yang merupakan terjemahan kitab Qawaa'id al-Islaam. Setelah kedatangan Belanda barulah muncul karya tulis berbahasa Aceh dalam bentuk prosa yaitu pada tahun 1930-an, seperti Lhee Saboh Nang yang ditulis oleh Aboe Bakar dan De Vries, setelah itu barulah bermunculan berbagai karya tulis berbentuk prosa namun demikian masih tetap didominasi oleh karya tulis berbentuk hikayat. 

d. Bahasa Gayo
Bahasa Gayo adalah sebuah bahasa dari rumpun Austronesia yang dituturkan oleh suku Gayo di provinsi Aceh, yang terkonsentrasi di Kabupaten Aceh Tengah, Bener Meriah, Gayo Lues. Ke 3 daerah ini merupakan wilayah inti suku Gayo.

Dalam pergaulan sehari-hari antar orang Gayo, bahasa ini berfungsi sebagai alat komunikasi. Meski terdapat adanya perbedaan dialek dan kosakata dalam bahasa Gayo , namun perbedaan tersebut tidak menjadi persoalan yang berarti dalam proses komunikasi antar penutur bahasa Gayo. Perbedaan dialek dan kosakata tersebut menjadi cerminan kayanya kandungan bahasa Gayo. Kedua, bahasa ini berfungsi sebagai bahasa pengantar terutama pada periode awal penyebaran Islam dan dalam dunia pendidikan. Dapat kita lihat pada saman, didong dan beberapa sastra lisan Gayo lainnya. Dengan demikian, proses peyampaian menjadi lebih efektif dan mudah dimengerti oleh masyarakat. Di kota Takengon sendiri, yang multietnis dan multikultural, bahasa Indonesia digunakan sebagai bahasa pengantar untuk berkomunikasi. Ketiga, sebagai identitas; melalui bahasa, kita dapat mengetahui kepribadian, identitas dan budaya bangsa lain, begitu juga halnya dengan bahasa Gayo. Pada akhirnya, keberadaan bahasa menjadikan penuturnya bangga akan kepemilikan bahasa yang bersangkutan. Demikian halnya bagi orang Gayo, bahasa Gayo menjadi kebanggaan tersendiri bagi para penuturnya.

Berikut beberapa bahasa daerah di Indonesia dan wilayah penggunaannya;
  • Bahasa Aceh Digunakan di Wilayah Sumatera
  • Bahasa Alas Digunakan di Wilayah Sumatera
  • Bahasa Alor Digunakan di Wilayah Maluku Daerah Sekitar Ambon Timur
  • Bahasa Ambelan Digunakan di Wilayah Maluku Daerah Sekitar Ambon Timur
  • Bahasa Angkola Digunakan di Wilayah Sumatera
  • Bahasa Aru Digunakan di Wilayah Maluku Daerah Sekitar Ambon Timur
  • Bahasa Bacan Digunakan di Wilayah Maluku Daerah Sekitar Sula Bacan
  • Bahasa Bada’ Besona Digunakan di Wilayah Sulawesi Daerah Sekitar Toraja
  • Bahasa Bahau Digunakan di Wilayah Kalimantan
  • Bahasa Bajau Digunakan di Wilayah Kalimantan
  • Bahasa Balantak Digunakan di Wilayah Sulawesi Daerah Sekitar Loinan
  • Bahasa Bali Digunakan di Wilayah Bali
  • Bahasa Banda Digunakan di Wilayah Maluku Daerah Sekitar Ambon Timur
  • Bahasa Banggai Digunakan di Wilayah Sulawesi Daerah Sekitar Loinan
  • Bahasa Banjar Digunakan di Wilayah Kalimantan
  • Bahasa Bantik Digunakan di Wilayah Sulawesi Daerah Sekitar Sulut
  • Bahasa Batak Digunakan di Wilayah Sumatera
  • Bahasa Belu Digunakan di Wilayah Maluku Daerah Sekitar Ambon Timur
  • Bahasa Bobongko Digunakan di Wilayah Sulawesi Daerah Sekitar Loinan
  • Bahasa Bonerate Digunakan di Wilayah Sulawesi Daerah Sekitar Muna Butung
  • Bahasa Bugis Digunakan di Wilayah Sulawesi Daerah Sekitar Sulsel
  • Bahasa Bulanga Digunakan di Wilayah Sulawesi Daerah Sekitar Gorontalo
  • Bahasa Bungkumori Digunakan di Wilayah Sulawesi Daerah Sekitar Bungku Langku
  • Bahasa Buol Digunakan di Wilayah Sulawesi Daerah Sekitar Gate
  • Bahasa Buru Digunakan di Wilayah Maluku Daerah Sekitar Ambon Timur
  • Bahasa Butung Digunakan di Wilayah Sulawesi Daerah Sekitar Muna Butung
  • Bahasa Enggano Digunakan di Wilayah Sumatera
  • Bahasa Gayo Digunakan di Wilayah Sumatera
  • Bahasa Geloli Digunakan di Wilayah Maluku Daerah Sekitar Ambon Timur
  • Bahasa Goram Digunakan di Wilayah Maluku Daerah Sekitar Ambon Timur
  • Bahasa Gorontalo Digunakan di Wilayah Sulawesi Daerah Sekitar Gate
  • Bahasa Helo Digunakan di Wilayah Maluku Daerah Sekitar Ambon Timur
  • Bahasa Iban Digunakan di Wilayah Kalimantan
  • Bahasa Jawa Digunakan di Wilayah Jawa
  • Bahasa Kadang Digunakan di Wilayah Maluku Daerah Sekitar Ambon Timur
  • Bahasa Kai Digunakan di Wilayah Maluku Daerah Sekitar Ambon Timur
  • Bahasa Kaidipan Digunakan di Wilayah Sulawesi Daerah Sekitar Gate
  • Bahasa Kail Digunakan di Wilayah Sulawesi Daerah Sekitar Toraja
  • Bahasa Kaisar Digunakan di Wilayah Maluku Daerah Sekitar Ambon Timur
  • Bahasa Kalaotoa Digunakan di Wilayah Sulawesi Daerah Sekitar Muna Butung
  • Bahasa Karo Digunakan di Wilayah Sumatera
  • Bahasa Karompa Digunakan di Wilayah Sulawesi Daerah Sekitar Muna Butung
  • Bahasa Kayan Digunakan di Wilayah Kalimantan
  • Bahasa Kenya Digunakan di Wilayah Kalimantan
  • Bahasa Klemautan Digunakan di Wilayah Kalimantan
  • Bahasa Kroe Digunakan di Wilayah Maluku Daerah Sekitar Ambon Timur
  • Bahasa Kubu Digunakan di Wilayah Sumatera
  • Bahasa Lain Digunakan di Wilayah Maluku Daerah Sekitar Ambon Timur
  • Bahasa Laki Digunakan di Wilayah Sulawesi Daerah Sekitar Bungku Langku
  • Bahasa Lampung Digunakan di Wilayah Sumatera
  • Bahasa Landawe Digunakan di Wilayah Sulawesi Daerah Sekitar Bungku Langku
  • Bahasa Layolo Digunakan di Wilayah Sulawesi Daerah Sekitar Muna Butung
  • Bahasa Leboni Digunakan di Wilayah Sulawesi Daerah Sekitar Toraja
  • Bahasa Leti Digunakan di Wilayah Maluku Daerah Sekitar Ambon Timur
  • Bahasa Loinan Digunakan di Wilayah Sulawesi Daerah Sekitar Loinan
  • Bahasa Lom Digunakan di Wilayah Sumatera
  • Bahasa Luwu Digunakan di Wilayah Sulawesi Daerah Sekitar Sulsel
  • Bahasa Madura Digunakan di Wilayah Jawa
  • Bahasa Makassar Digunakan di Wilayah Sulawesi Daerah Sekitar Sulsel
  • Bahasa Mandailing Digunakan di Wilayah Sumatera
  • Bahasa Mandar Digunakan di Wilayah Sulawesi Daerah Sekitar Sulsel
  • Bahasa Mapute Digunakan di Wilayah Sulawesi Daerah Sekitar Bungku Langku
  • Bahasa Melayu Digunakan di Wilayah Kalimantan
  • Bahasa Melayu Digunakan di Wilayah Sumatera
  • Bahasa Mentawai Digunakan di Wilayah Sumatera
  • Bahasa Milano Digunakan di Wilayah Kalimantan
  • Bahasa Minangkabau Digunakan di Wilayah Sumatera
  • Bahasa Mongondow Digunakan di Wilayah Sulawesi Daerah Sekitar Sulut
  • Bahasa Napu Digunakan di Wilayah Sulawesi Daerah Sekitar Toraja
  • Bahasa Nias Digunakan di Wilayah Sumatera
  • Bahasa Orang Laut Digunakan di Wilayah Sumatera
  • Bahasa Ot-Danum Digunakan di Wilayah Kalimantan
  • Bahasa Pak-Pak Digunakan di Wilayah Sumatera
  • Bahasa Pantar Digunakan di Wilayah Maluku Daerah Sekitar Ambon Timur
  • Bahasa Pilpikoro Digunakan di Wilayah Sulawesi Daerah Sekitar Toraja
  • Bahasa Pitu Digunakan di Wilayah Sulawesi Daerah Sekitar Sulsel
  • Bahasa Rejang Lebong Digunakan di Wilayah Sumatera
  • Bahasa Riau Digunakan di Wilayah Sumatera
  • Bahasa Roma Digunakan di Wilayah Maluku Daerah Sekitar Ambon Timur
  • Bahasa Rote Digunakan di Wilayah Maluku Daerah Sekitar Ambon Timur
  • Bahasa Sa’dan Digunakan di Wilayah Sulawesi Daerah Sekitar Sulsel
  • Bahasa Salu Digunakan di Wilayah Sulawesi Daerah Sekitar Sulsel
  • Bahasa Sangir Digunakan di Wilayah Sulawesi Daerah Sekitar Sulut
  • Bahasa Sasak Digunakan di Wilayah Bali
  • Bahasa Sasak Digunakan di Wilayah Nusa Tenggara Barat
  • Bahasa Sasak Digunakan di Wilayah Nusa Tenggara Timur
  • Bahasa Seko Digunakan di Wilayah Sulawesi Daerah Sekitar Sulsel
  • Bahasa Sikule Digunakan di Wilayah Sumatera
  • Bahasa Simulur Digunakan di Wilayah Sumatera
  • Bahasa Solor Digunakan di Wilayah Maluku Daerah Sekitar Ambon Timur
  • Bahasa Sula Digunakan di Wilayah Maluku Daerah Sekitar Sula Bacan
  • Bahasa Sumba Digunakan di Wilayah Nusa Tenggara Barat
  • Bahasa Sumbawa Digunakan di Wilayah Nusa Tenggara Timur
  • Bahasa Sunda Digunakan di Wilayah Jawa
  • Bahasa Talaud Digunakan di Wilayah Sulawesi Daerah Sekitar Sulut
  • Bahasa Taliabo Digunakan di Wilayah Maluku Daerah Sekitar Sula Bacan
  • Bahasa Tambulu Digunakan di Wilayah Sulawesi Daerah Sekitar Sulut
  • Bahasa Tanibar Digunakan di Wilayah Maluku Daerah Sekitar Ambon Timur
  • Bahasa Ternate Digunakan di Wilayah Maluku Daerah Sekitar Halmahera Utara
  • Bahasa Tetun Digunakan di Wilayah Nusa Tenggara Timur
  • Bahasa Tetun Digunakan di Wilayah Maluku Daerah Sekitar Ambon Timur
  • Bahasa Tidore Digunakan di Wilayah Maluku Daerah Sekitar Halmahera Utara
  • Bahasa Timor Digunakan di Wilayah Nusa Tenggara Timur
  • Bahasa Timor Digunakan di Wilayah Maluku Daerah Sekitar Ambon Timur
  • Bahasa Tombatu Digunakan di Wilayah Sulawesi Daerah Sekitar Sulut
  • Bahasa Tomini Digunakan di Wilayah Sulawesi Daerah Sekitar Tomoni
  • Bahasa Tompakewa Digunakan di Wilayah Sulawesi Daerah Sekitar Sulawesi Utara
  • Bahasa Tondano Digunakan di Wilayah Sulawesi Daerah Sekitar Sulawesi Utara
  • Bahasa Tontembun Digunakan di Wilayah Sulawesi Daerah Sekitar Sulawesi Utara
  • Bahasa Toraja Digunakan di Wilayah Sulawesi Daerah Sekitar Toraja
  • Bahasa Uluna Digunakan di Wilayah Sulawesi Daerah Sekitar Sulsel
  • Bahasa Walio Digunakan di Wilayah Sulawesi Daerah Sekitar Muna Butung
  • Bahasa Wetar Digunakan di Wilayah Maluku Daerah Sekitar Ambon Timur
  • Bahasa Windesi Digunakan di Wilayah Maluku Daerah Sekitar Halmahera Selatan
  • Bahasa Wotu Digunakan di Wilayah Sulawesi Daerah Sekitar Toraja
2. Rumah Adat
Setiap daerah memiliki rumah adat masing-masing yang berbeda antara satu dan lainnya. Selain berbeda dari bentuknya, rumah adat juga sering berbeda dari bahan, bentuk atap, dinding, lantai dan sebagainya. Berbagai perbedaan tersebut mencerminkan adaptasi manusia terhadap lingkungannya. Misalnya, rumah panggung yang cukup tinggi dibangun dengan pertimbangan menghindari binatang buas masuk ke rumah atau menghindari bahaya banjir. Beberapa contoh rumah adat di ataranya;
  • Rumah Adat Badui dari Banten
  • Rumah Adat Bangsal Kencono Dan Rumah Joglo dari Yogyakarta
  • Rumah Adat Banjar Bubungan Tinggi dari Kalimantan Selatan
  • Rumah Adat Baileo dari Maluku dan Maluku Utara
  • Rumah Adat Betang dari Kalimantan Tengah
  • Rumah Adat Bolon dari Sumatera Utara
  • Rumah Adat Dulohupa dan Rumah Pewaris dari Gorontalo
  • Rumah Adat Gadang dari Sumatera Barat
  • Rumah Adat Gapura Candi Bentar dari Bali
  • Rumah Adat Honai dari Papua dan Papua Barat
  • Rumah Adat Istana Buton / Malige dari Sulawesi Utara
  • Rumah Adat Istana Sultan Sumbawa dari Nusa Tenggara Barat
  • Rumah Adat Istana Kesultanan Pontianak dari Kalimantan Barat
  • Rumah Adat Joglo dari Jawa Tengah
  • Rumah Adat JOGLO Situbondo dari Jawa Timur
  • Rumah Adat Kasepuhan Cirebon dari Jawa Barat
  • Rumah Adat Kebaya dari DKI Jakarta
  • Rumah Adat Krong Bade dari Propinsi Nanggro Aceh Darussalam (NAD)
  • Rumah Adat Lamin dari Kalimantan Timur
  • Rumah Adat Limas dari Sumatera Selatan
  • Rumah Adat Melayu Selaso Jatuh Kembar dari Riau
  • Rumah Adat Musalaki dari Nusa Tenggara Timur
  • Rumah Adat NOWOU SESAT dari Lampung
  • Rumah Adat Panjang dari Jambi
  • Rumah Adat Pewaris dari Sulawesi Utara
  • Rumah Adat Rakit, Rumah Limas dari Bangka Belitung
  • Rumah Adat Rakyat dari Bengkulu
  • Rumah Adat Selaso Jatuh Kembar dari Kepulauan Riau
  • Rumah Adat Tambi dari Sulawesi Tengah
  • Rumah Adat Tongkonan dari Sulawesi Barat
  • Rumah Adat Tongkonan dari Sulawesi Selatan
3. Tarian dan Pertunjukan Rakyat
Keragaman budaya Indonesia juga terlihat dari berbagai jenis tarian, bahkan beberapa tarian dari Indonesia dikenal sampai ke mancanegara. Tidak hanya mengandung unsur seni, tarian juga memiliki makna, pesan atau simbol tertentu. Ada tarian yang melambangkan pemujaan atau rasa syukur terhadap Tuhan, ada yang digunakan untuk penyambutan tamu, menggambarkan kegembiraan pemuda-pemudi, sampai keperkasaan. 

Contoh tarian yang bersifat pemujaan adalah Tari Pendet, walaupun saat ini berubah menjadi tarian penerima tamu. Selain itu ada juga Tari Saman dari Nanggroe Aceh Darussalam yang juga merupakan contoh tarian untuk menyambut tamu. Contoh tarian perang atau keperkasaan adalah Tari Perang dari Kalimantan dan Tari Reog dari Ponorogo.

Selain tarian, Indonesia juga kaya akan seni pertunjukan rakyat. Beberapa diantaranya adalah;
  • Wayang golek (Jawa Barat), 
  • Ludruk (Jawa Timur), 
  • Ketoprak (Jawa Tengah), 
  • Makyong (Kepulauan Riau), 
  • Wayang kulit (Jawa Tengah), 
  • Debus (Banten), dan 
  • Randai (Sumatra).
4. Pakaian Adat dan Senjata Tradisional
Pakaian adat maupun senjata tradisional di Indonesia tentu memiliki perbedaan antarsuku atau daerah. Pakaian adat biasanya digunakan saat upacara adat, contohnya perkawinan, kematian, kelahiran, dan kegiatan ritual. Beberapa pakaian adat daerah tersebut adalah;
  • Baju Bodo (Sulawesi Selatan), 
  • Ulos (Batak), 
  • Baju Inong (Aceh), dan 
  • Baju Kurung (Minangkabau).
Pakaian tradisional juga biasanya dilengkapi dengan senjata tradisional sebagai hiasan. Beberapa senjata tradisional tersebut adalah;
  • Rencong (Aceh), 
  • Mandau (Kalimantan), 
  • Golok (Jakarta), 
  • Keris (Jawa), 
  • Badik (Sulawesi), 
  • Kujang (Jawa Barat), dan
  • Parang Salawuku (Maluku).


Beberapa daerah memiliki kekayaan budaya yang sangat terkenal keindahannya, misalnya Bali dengan tarian dan upacara adat seperti Tari Pendet, Tari Kecak, dan upacara ngaben. Beberapa daerah lainnya juga memiliki budaya yang tidak kalah menariknya, seperti Tanah Toraja di Sulawesi dan budaya suku Sasak di Lombok.

Seperti halnya sumber daya alam dan sumber daya manusia, sumber daya budaya juga menjadi modal dasar pembangunan. Seperti apakah benda-benda yang termasuk sumber daya budaya? Beberapa benda yang tergolong sumber daya budaya adalah peninggalan sejarah dan prosesi adat. Peninggalan sejarah dapat berupa bangunan sejarah (masjid, makam, istana, monumen, situs, dan bekas kerajaan), arkeologi, museum, galeri dan artifak, bangunan kuno, objek keramat. Prosesi adat dapat berupa adat perkawinan, adat menerima tamu, adat turun ke sawah, dan lain-lain. Berbagai sumber daya budaya tersebut dapat menjadi paket kunjungan wisata yang menarik. Jika dikemas dengan baik, keduanya akan menghasilkan keuntungan ekonomi yang dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat.

Selain pariwisata, pemanfaatan budaya juga dilakukan dalam rangka mempererat persahabatan antardaerah dan antarnegara. Melalui budaya, hubungan antarbangsa dan antarwarganya akan makin erat dengan mengenal budayanya. Interaksi antarwarga terjalin melalui budaya. Atraksi budaya lazim dilakukan untuk menyambut tamu negara sehingga menambah keeratan hubungan antarbangsa.

Budaya juga dapat dimanfaatkan untuk bahan kajian ilmiah. Para ahli budaya, antropolog, arkeolog sangat berkepentingan dengan kajian budaya. Berbagai informasi tentang budaya masa lalu menjadi menarik dan menimbulkan rasa keingintahuan banyak kalangan. Pada akhirnya, bahan kajian tersebut memperkaya khasanah ilmu pengetahuan.